NIMBRUNG BENTUK AWAL PERSIAPAN
“Akar dari Teori dan
Pengalaman yang Pahit akan Berbuah Manis”
Familiarnya aneka buah impor dikalangan masyarakat berakibat pada tertinggalnya tanaman buah impor yang tumbuh di lingkungan sekitar. Gengsinya untuk mengkonsumsi dan penggunaan buah impor untuk sarana sesaji merupakan salah satu factor pudarnya potensi untuk mempertahankan, melestarikan serta mengembangkan tanaman buah yang multi guna. Berawal dari keprihatinan akan hal itu, kami (I Wayan Sukadana,I Komang Kamartina, Agus Koriana, dan I Kadek Sumawa) duduk di teras kecil di jalan Pulau Singkep untuk membahas hal itu dan mencoba untuk menggali ide dari teman-teman. Istilahnya “sharing”. Beberapa menit kemudian, muncullah ide untuk menanam dan mengembangkan serta membudidayakan tanaman alternative yang cocok akan vegetasi alam Nusa Penida. Ide dari tanaman itu antara lain: Gaharu, Srikaya, & Nanas. Berbekal rasa ingin tahu yang lebih banyak mengenai varietas tanaman tersebut, kami bersama teman – teman disarankan untuk melakukan study Tour ke Singaraja oleh Pak Wayan Sukadana.
Familiarnya aneka buah impor dikalangan masyarakat berakibat pada tertinggalnya tanaman buah impor yang tumbuh di lingkungan sekitar. Gengsinya untuk mengkonsumsi dan penggunaan buah impor untuk sarana sesaji merupakan salah satu factor pudarnya potensi untuk mempertahankan, melestarikan serta mengembangkan tanaman buah yang multi guna. Berawal dari keprihatinan akan hal itu, kami (I Wayan Sukadana,I Komang Kamartina, Agus Koriana, dan I Kadek Sumawa) duduk di teras kecil di jalan Pulau Singkep untuk membahas hal itu dan mencoba untuk menggali ide dari teman-teman. Istilahnya “sharing”. Beberapa menit kemudian, muncullah ide untuk menanam dan mengembangkan serta membudidayakan tanaman alternative yang cocok akan vegetasi alam Nusa Penida. Ide dari tanaman itu antara lain: Gaharu, Srikaya, & Nanas. Berbekal rasa ingin tahu yang lebih banyak mengenai varietas tanaman tersebut, kami bersama teman – teman disarankan untuk melakukan study Tour ke Singaraja oleh Pak Wayan Sukadana.
Study
Tour merupakan kegiatan yang bagus untuk memperkaya ilmu secara nyata. Kami pun
segera menjadwalkan kegiatan tersebut pada hari Minggu, 19 Mei 2012. Melihat
kesibukan dari teman-teman,
kami menanyakan tentang kesediaan pada hari
tersebut. Astungkara, teman-teman menyetujuinya. Supaya kegiatan yang
direncanakan berjalan dengan baik dan lancar, kami menyarankan saudara Komang
Kamartina sebagai koordinator lapangan untuk mengikut sertakan teman-teman yang
ada di Denpasar. Sementara Wayan Karta mengkoordinir peserta yang ada di
Singaraja.
Sabtu
sore, tepatnya sehari sebelum kegiatan, kami siap berangkat menelusuri rute
rentang Denpasar – Singaraja. Sesampainya di tempat tujuan, kami pun disambut
baik oleh Pak Wayan Sukadana & keluarga. Di sana kami bertemu Wayan Karta
dan Gede Arnawa. Canda dan gurau semakin hangat seiring larutnya malam dan kami
pun bermalam di sana.
RENCANA TIDAK BERARTI TANPA TEORI DAN PENGALAMAN
07.00 WITA (Breakfast and Hot
Spring)
Aroma kopi dan
jajanan Bali membangunkan kami dari tidur nyenyak untuk menyambut sang mentari.
Sadar akan pentingnya olah raga pagi, kami pun tidak mau melewatkan hal itu
untuk melakukan peregangan jari dan pikiran sembari mencairkan suasana dengan
canda (walekan) khas kami. Waktu telah menunjukkan pukul 07.00, dan kami segera
bergegas untuk mandi di permandian AIR PANAS yang berlokasi di Banjar, yang
hanya 1 Km dari tempat kami menginap. Setibanya di lokasi, kamipun tidak
menunda-nunda waktu untuk segera nyebur di kolam kehangatan. Badan kami yang
tadinya kedinginan (ga sampai membeku
sih) seketika mencair menjadi hangat.
Mengingat kreatifitas temen-temen yang cukup tinggi, kami melakukan lomba renang antar teman-teman. Suasana tersebut terasa lebih hangat dan sangat berkesan.
Karena terbatasnya waktu kami segera bergegas untuk meninggalkan lokasi dan kembali ke tempat menginap. Bak tamu kehormatan, pagi itu kami dijamu dengan aneka menu yang lezat, serta service yang memuaskan dari pak wayan sukadana dan keluarga. Mereka mempersilahkan untuk menikmati hidangan tersebut sebagai bentuk sarapan pagi. “Ayo silahkan!”,kata Pak Wayan. Kata-kata itu yang sebenarnya kami tunggu dan kami langsung menikmatnya.
Mengingat kreatifitas temen-temen yang cukup tinggi, kami melakukan lomba renang antar teman-teman. Suasana tersebut terasa lebih hangat dan sangat berkesan.
Karena terbatasnya waktu kami segera bergegas untuk meninggalkan lokasi dan kembali ke tempat menginap. Bak tamu kehormatan, pagi itu kami dijamu dengan aneka menu yang lezat, serta service yang memuaskan dari pak wayan sukadana dan keluarga. Mereka mempersilahkan untuk menikmati hidangan tersebut sebagai bentuk sarapan pagi. “Ayo silahkan!”,kata Pak Wayan. Kata-kata itu yang sebenarnya kami tunggu dan kami langsung menikmatnya.
09.00 WITA (Wihara)
Brahmavihara-Arama lebih dikenal
dengan nama Wihara Buddha Banjar merupakan vihara buddha yang terbesar di Bali. Berlokasi
di Kecamtan Banjar, Kota Singaraja merupakan tempat pertama yang kami kunjungi.
Disana kami bertemu seorang Bante. Kamipun menjelaskan tujuan kedatangan kami kesana. Beliau sangat bijak menerima kedatangan kami dan memberikan kami pencerahan yang tak ternilai harganya. Pencerahan tersebut sangat bermanfaat bagi kami untuk menuntun kami menjalankan kegiatan selanjutnya. Dalam kesempatan tersebut, permasalahan yang kami pandang perlu untuk mendapatkan solusi dari beliau tidak lupa kami tanyakan. Pencerahan yang kami simak, sontak menyadarkan batin betapa pentingnya mengendalikan pikiran, perkataan dan tindakan kita.
Disana kami bertemu seorang Bante. Kamipun menjelaskan tujuan kedatangan kami kesana. Beliau sangat bijak menerima kedatangan kami dan memberikan kami pencerahan yang tak ternilai harganya. Pencerahan tersebut sangat bermanfaat bagi kami untuk menuntun kami menjalankan kegiatan selanjutnya. Dalam kesempatan tersebut, permasalahan yang kami pandang perlu untuk mendapatkan solusi dari beliau tidak lupa kami tanyakan. Pencerahan yang kami simak, sontak menyadarkan batin betapa pentingnya mengendalikan pikiran, perkataan dan tindakan kita.
Penceharan
telah selesai, kami dan temen-temen tidak melewatkan pemandangan yang indah dan
suasana tenang itu untuk “take one ceklek
for us” begitu sebutan kami untuk mengabadikan setiap kenangan. Selain
pengambilan gambar, kami tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk melakukan
yoga sejenak untuk berdoa agar dilancarkan kegiatan kita dan alam semesta ini
terselimuti kedamaian.
10.30 WITA (GILA dengan Sang Piunir Cengkeh)
Hampir sejam
perjalanan dari Kec, Banjar menuju Desa Uma Jero telah kami tempuh. Hamparan
sawah yang membentang memanjakan mata. Areal perkebunan yang hijau menandakan
desa ini sangat subur. Komoditas perkebunan desa ini adalah tanaman cengkeh.
Tak terasa perjalan kami telah sampai di rumahnya pak Nyoman Witaya. Kami disambut dengan penuh rasa kekeluargaan. Disana
kami duduk diteras depan sembari diperkenalkan oleh pak Wayan Sukadana
sekaligus menjelaskan tujuan kedatangan kami kesana.
Setelah memahami maksud kedatangan kami, pak Nyoman bercerita banyak tentang pengalamannya sebagai seorang petani cengkeh. Pohon cengkeh yang dulunya beliau bawa dari bogor sekarang telah menghijaukan bukit Desa Uma Jero. Langkah awal yang dilakukan Pak Nyoman yang dulunya menanam Padi dan Kopi beralih menanam Cengkeh. Langkah tersebut ternyata kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar. Setelah beberapa tahun kemudian, ternyata masyarakat mulai menyadari bahwa komoditas Tanaman Cengkeh sangat menjajikan. Hal tersebut terbukti dari system pertanian di desa tersebut, hampir keseluruhannya menggantungkan hidup pada tanaman Cengkeh. Secara tidak langsung masyarakat disana mempunyai peran penting untuk meningkatkan perekonomian serta mampu menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang. Maka dari itu seorang Pak Nyoman Witaya sangat sesuai menyandang sebutan Sang Piunir Cengkeh.
Setelah memahami maksud kedatangan kami, pak Nyoman bercerita banyak tentang pengalamannya sebagai seorang petani cengkeh. Pohon cengkeh yang dulunya beliau bawa dari bogor sekarang telah menghijaukan bukit Desa Uma Jero. Langkah awal yang dilakukan Pak Nyoman yang dulunya menanam Padi dan Kopi beralih menanam Cengkeh. Langkah tersebut ternyata kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar. Setelah beberapa tahun kemudian, ternyata masyarakat mulai menyadari bahwa komoditas Tanaman Cengkeh sangat menjajikan. Hal tersebut terbukti dari system pertanian di desa tersebut, hampir keseluruhannya menggantungkan hidup pada tanaman Cengkeh. Secara tidak langsung masyarakat disana mempunyai peran penting untuk meningkatkan perekonomian serta mampu menyediakan lapangan kerja bagi banyak orang. Maka dari itu seorang Pak Nyoman Witaya sangat sesuai menyandang sebutan Sang Piunir Cengkeh.
Belajar dari
pengalaman seorang piunir, kami bersama teman-teman mempunyai sebuah motto
dalam melakukan study tour ini. Motto tersebut adalah “GILA” yang merupakan
kependekan dari Gali Ilmu Langsung Action. Dengan melakukan kegiatan ini kami
bersama teman-teman mempunyai mimpi dan harapan besar untuk mengikuti langkah
Sang Piunir. Kami menyadari mimpi dan harapan itu sangat sulit untuk
diwujudkan. Kami pun menyadari bahwa keadaan alam Di daerah kami di Nusa Penida
tidaklah sama dengan Desa Uma Jero. Sadar akan hal tersebut, Kami mempunyai
tanaman alternative yang sepengetahuan kami cocok dengan keadaan suhu di Nusa.
Nanas, Srikaya dan Gaharu itulah tanaman alternative yang akan kami action-kan.
Dalam kesempatan yang langka ini, kami bertanya banyak tentang tanaman
tersebut. Ide tersebut dinilai cocok untuk dikembangkan di Nusa Penida. Selain sharing
tentang tanaman cengkeh, beliau juga menyempatkan diri mengajak kami ke pabrik
tempat pengolahan daun cengkeh yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Disana kami
melihat secara langsung cara pengolahannya. Disela-sela kegiatan tersebut,
tidak lupa dari team kreatif kami untuk mengabadikannya. Mengingat hari sudah
semakin sore, kami bergegas pamit untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
03.00 WITA (“Tamu” di Sentra Pembibitan)
Leaders (sebutan para pembaca) yang
bersemangat, kegiatan ini merupan kegiatan terakhir yang akan kami lewati. Sore
itu kami datang sebagai tamu di Sentra Pembibitan dari “CV Flora Dewata“. Pak
Gede Tamu adalah pemilik dari sentra tersebut. Beliau sangat care sekali dengan kedatangan kami. Kopi
dan Nasi adalah jamuan beliau sebagai wujud kekeluargaanya. Dengan keramahanya,
beliau bercerita banyak tentang pengalamannya. Dengan semangat dan keyakinan
yang tinggi untuk mewujudkan Buleleng hijau, membuat beliau mengambil langkah pensiun
dini sebagai seorang PNS. Keputusan itu tentu didasari dengan rincian usaha
yang logis.
Di Sentra yang
luas itu, menyediakan berbagai jenis bibit tanaman. Sebelum melihat aneka jenis
bibit, kami dan teman-teman bertanya tentang tanaman nanas, srikaya, gaharu dan
buah naga. Beliau menjelaskan dari sifat tanaman tersebut sampai dengan keadaan
lingkungan yang cocok untuk ditanam secara rinci. Apresiasi dari beliau
terhadap semangat dan Ide-ide GILA ,membuat kami semakin yakin untuk melangkah
maju. Setelah lama berbincang-bincang, kamipun diajak berkeliling melihat dan
mengamati beragam bibit. Tanaman Buah Naga dan Gaharu ternyata berhasil membuat
hati kami untuk tertarik mengamatinya lebih lama. Untuk memproleh bibit yang
banyak, Pak Gede juga memberikan saran untuk membuat proposal. Dengan Proposal
tersebut diharapkan bisa melakukan action
yang lebih besar.
Keinginan yang
lama untuk belajar disana terhalang oleh sang waktu yang sudah semakin senja.
Diakhir obrolam kami, tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas segala
pemberiannya. Sebagai kenang-kenangan kami diberikan bibit Gaharu 2 pohon
setiap anak-anaknya (sebutan tersayang kami sebagai tamunya).
ILMU TIDAK BERARTI TANPA ACTION
Kata diatas
diharapakan mampu memotivasi diri untuk lebih banyak dan berani mencoba langkah
yang baru. Jangan biarkan ketakutan membelenggu keberanian.
“Tiada banyak alasan untuk untuk mencoba.
Karena semakin banyak yang kita tau, semakin besar keraguan kita untuk memulai”.
0 comments:
Post a Comment